Mengenal White Balance

Untuk dapat memahami apa itu White balance, coba anda perhatikan cahaya yang dihasilkan oleh sebuah lampu bohlam dan lampu neon, beda bukan? Itu disebabkan karena antara lampu bohlam dan lampu neon memiliki “temperatur warna” yang berbeda.

Sekarang coba lihat foto berikut :


Jika diperhatikan, ketiga foto diatas memiliki warna yang berbeda, foto A terlihat kebiruan, foto B normal dan foto C terlihat sedikit kekuningan. Ya kan?

Ternyata, warna cahaya matahari yang jatuh kebumi antara pagi, siang dan sore hari itu tidaklah sama. Pagi hari bernuansa kekuningan, siang kebiruan dan sore hari berwarna oranye atau keemasan. Nah, karena pengaruh warna cahaya inilah pada kamera DSLR dilengkapi dengan fitur yang namanya white balance.

White balance adalah bertujuan untuk memberi perintah pada kamera agar mengenali temperatur sumber cahaya yang ada. Supaya yang putih terlihat putih, biru terlihat biru, merah terlihat merah atau dengan kata lain supaya kamera betul-betul mengenali warna objek dalam foto secara akurat dalam kondisi pencahayaan apapun.

Penentuan white balance dalam fotografi adalah hal yang sangat penting, karena dari situlah kita menentukan ingin seperti apa warna foto kita. Jadi bukan tentang benar atau salah. Kalau kita menginginkan warna foto seperti yang terlihat oleh mata kita, maka settingan WB haruslah tepat. Namun pada kondisi tertentu, WB yang "meleset" pun kadang menghasilkan foto yang unik dan menarik.


Cara mudah edit foto

Bagaimana cara mengatur White Balance ini pada kamera DSLR?

Gambar dibawah ini adalah settingan white balance yang biasanya terdapat pada kamera Nikon. Untuk kamera dengan merk lain, mungkin ada sedikit perbedaan pada nama settingan, namun fungsinya kurang lebih sama


  • Auto. Dari namanya saja sudah jelas, kalau ini adalah white balance otomatis. Program super canggih pada kamera akan membaca temperatur warna secara otomatis. Anda bisa menggunakan settingan ini pada kebanyakan situasi, namun tidak pada semua situasi (misalkan pada saat pemotretan dengan menggunakan (flash external)
  • Incandescent. Settingan ini digunakan dalam ruangan dengan penerangan lampu bohlam. Karena settingan ini adalah untuk menormalkan objek dengan penerangan lampu bohlam yang kekuningan, maka bila digunakan diluar ruangan maka hasil fotonya akan menimbulkan efek kebiru-biruan
  • Fluorescent. Sesuai simbolnya, settingan ini adalah untuk pemotretan dalam ruangan dengan pencahayaan lampu neon. Settingan ini akan menormalkan temperature objek dengan cara meredam pijaran warna putih yang berlebihan
  • Direct Sunlight. Digunakan saat pemotretan dengan sumber cahaya matahari langsung. Settingan ini akan meredam cahaya yang berlebih sehingga hasil foto akan lebih maksimal dibanding mode auto white balance
  • Flash. Gunakan settingan jika anda melakukan pemotretan dengan menggunakan flash/blitz
  • Cloudy. Digunakan pada saat cuaca mendung/matahari tertutup awan. Settingan ini juga sering digunakan pada saat memotret sunset/sunrise, karena settingan ini memperkuat warna kuning kecoklatan
  • Shade. Pada saat anda memotret objek yang berada pada daerah bayangan (misalnya dibelakang tembok/pohon) dan cahaya matahari tidak langsung mengenai objek, anda dapat menggunakan settingan ini. Karena efek kebiru-biruan yang biasanya ditimbulkan pada kondisi ini bisa dinetralkan dengan settingan ini
  • Choose Color Temp. Disimbolkan dengan huruf K. Satuan temperatur warna adalah Kelvin. Warna cahaya dimulai dari warna merah sampai ungu. Skala 0 derajat Kelvin adalah sangat merah dan skala 10.000 derajat Kelvin adalah sangat ungu. Sehingga untuk settingan ini dapat kita simpulkan bahwa, jika hasil foto berwarna kebiruan berarti settingan temperatur/Kelvin terlalu rendah dan bila terlalu kekuningan berarti settingannya terlalu tinggi.

Adakalanya setelah kita mengotak-atik settingan white balance dan melakukan pemotretan, warna yang dihasilkan masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan (kurang natural). Hal ini biasanya disebabkan karena kondisi pencahayaan yang beragam, misalnya pada suatu ruangan memakai sumber cahaya dari satu buah lampu neon dan beberapa lampu bohlam. Maka untuk menyiasati hal ini, pada kamera DSLR profesional ada satu lagi settingan white balance dengan nama preset manual (PRE).


Perhatikan gambar diatas. Sebenarnya ada satu settingan lagi yang tidak kelihatan pada gambar tersebut. Pada kamera kalau anda scroll kebawah maka anda akan menjumpai satu settingan lagi yaitu Preset Manual (PRE).

Bagaimana melakukan settingan Preset Manual ini? Silahkan anda ikuti langkah-langkah berikut :
  1. Pertama anda cari sesuatu yang berwarna putih, bisa kertas, baju, tembok dan sebagainya pokoknya berwarna putih. Setelah itu letakkan ditempat dimana anda akan melakukan pemotretan
  2. Ambil kamera dan set fokus pada manual fokus. Bidik objek berwarna putih dan usahakan objek tersebut mengisi seluruh frame foto
  3. Atur metering (ISO,Aperture,Shutter Speed), usahakan seimbang, tidak over atau under lalu tekan tombol shutter
  4. Selanjutnya masuk ke pengaturan white balance di kamera dan lakukan settingan berikut :
    Nikon : Menu → Shooting Menu → White Balance → Preset Manual → Pilih foto → ok
    Canon : Menu → Custom White Balance → Pilih Foto dan tekan set → dari menu standby pilih Quick Control Dial (Q) → White Balance → Custom White Balance

Untuk diketahui, bahwa pengaturan diatas bersifat konsisten, hanya berlaku pada saat kita mengambil foto acuan tersebut. Jadi apabila ada perubahan sumber cahaya atau kondisi lainnya maka harus dilakukan setting ulang seperti langkah-langkah diatas.

Pengaruh Aperture, Shutter Speed dan ISO Terhadap Hasil Foto

Sebelum melakukan suatu pemotretan, seorang fotografer sudah harus menentukan prioritas foto apa yang akan dibuat. Apakah ingin foto dengan ketajaman luas atau sempit, apakah ingin membekukan objek yang sedang bergerak (freeze) dan lain sebagainya.


Untuk itu mari kita lihat beberapa fakta tentang segitiga fotografi ini :
  • SEMAKIN KECIL APERTURE maka akan menghasilkan foto dengan ruang ketajaman (DoF) yang luas. Artinya jika anda ingin menghasilkan setiap area pada foto memiliki ketajaman yang baik, maka aturlah bukaan lensa yang kecil (angka besar). Biasanya settingan ini dipergunakan untuk memotret landscape yang membutuhkan detail dan ketajaman diseluruh bagian foto. Apperture kecil contohnya f/11, f/13, f/14…dst

  • SEMAKIN BESAR APERTURE maka akan menghasilkan foto dengan ruang ketajaman (DoF) yang sempit. Anda pernah lihat foto dengan objek yang tajam dan background yang blur? Teknik ini sangat digemari karena dapat memperkuat objek pada foreground dan juga terasa lebih artistik. Nah, jika anda menginginkan hasil foto seperti itu, maka aturlah bukaan lensa yang besar (angka kecil). Semakin besar bukaan lensa maka background akan terlihat semakin blur. Apperture besar contohnya f/2.8, f/1.4…dst

  • Untuk teknik SHUTTER SPEED LAMBAT (SLOW SPEED) akan memberikan efek khusus pada objek yang bergerak. Untuk teknik ini membutuhkan kreatifitas fotografer dalam menentukan settingan shutter speednya. Aliran air seperti kapas, lampu-lampu kendaraan pada malam hari terlihat seperti garis dengan pola-pola tertentu adalah beberapa contoh penggunaan teknik ini. Penggunaan tripod pada teknik ini juga sangat dianjurkan untuk menghindari foto yang tidak tajam (shake/blur).

  • SHUTTER SPEED CEPAT biasanya digunakan untuk membuat foto freeze object. Teknik freeze itu sendiri dapat diartikan sebagai teknik memotret pada objek yang sedang bergerak dan pada hasil foto akan terlihat seolah-olah objek yang bergerak tersebut diam/berhenti dalam pergerakannya. Seperti halnya dalam teknik slow speed diatas, tidak ada aturan baku dalam teknik ini. Semua tergantung kreatifitas anda, ingin seperti apa foto yang dihasilkan. Jika ingin foto yang benar-benar freeze maka pilihlah shutter speed yang cepat dan turunkan sedikit kecepatannya bila ingin terlihat ada pergerakan pada hasil foto anda. Memotret balapan, memotret burung yang sedang terbang adalah contoh dari teknik ini.

  • Cara mudah edit foto

  • SEMAKIN RENDAH ISO maka kemungkinan “penampakan” noise juga akan semakin kecil. Noise biasanya akan terlihat pada angka ISO 400 atau lebih. Apabila setelah melakukan settingan (ISO, Aperture, Shutter Speed) hasil foto masih terlalu gelap dan kita tidak ingin melihat adanya noise pada hasil foto kita maka dapat diakali dengan menggunakan lampu tambahan seperti blitz/flash, lampu payung, dsb

  • SEMAKIN TINGGI ISO maka noise akan semakin jelas terlihat. Karena noise ini berupa bintik-bintik kecil pada foto, maka keberadaannya dianggap sangat mengganggu. Mungkin karena hal tersebut, di internet banyak kita temui softwere atau plug in penghilang noise, seperti Neat Image, Imagenomic Noiseware, Noise Ninja, dsb. Untuk penggunaannya, biasanya ISO tinggi hanya digunakan pada saat kamera kekurangan cahaya, misalnya malam hari. Namun tidak sedikit pula fotografer yang sengaja menghadirkan noise ini pada foto mereka (biasanya foto B/W), sehingga foto akan kelihatan lebih artistik.
Dengan melihat ulasan-ulasan diatas, kita sudah mengetahui bagaimana sebuah cahaya bisa masuk kedalam kamera dan menghasilkan sebuah foto yang pas (tidak terlalu gelap/terlalu terang). Untuk selanjutnya, kita akan membahas jenis cahaya apa yang akan masuk ke kamera kita. Yup, kita akan bicara masalah warna cahaya, karena tidak semua cahaya itu menghasilkan warna yang sama. Sekarang mari kita bicara tentang White Balance.

Mengenal Segitiga Fotografi

Apa itu Segitiga Fotografi (ISO, Aperture dan Shutter Speed)?. Pada kamera SLR digital kita bisa mengatur sendiri eksposur(ukuran cahaya) yang ingin kita gunakan untuk mengambil sebuah foto. Hmmmm.. buat apa diatur lagi, kan udah ada mode auto pada kamera? Benar, ada mode auto pada kamera. Namun, kenyataannya dilapangan nanti anda tidak bisa hanya mengandalkan mode auto pada kamera, anda membutuhkan alat tambahan untuk menghasilkan foto yang bagus, seperti blitz, lampu payung dll. Lagian kalau hanya mengandalkan mode auto ini anak kecil juga bisa. Hehehe…

Salah seorang fotografer kenamaan, Bryan Peterson, menulis tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami fotografi, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga fotografi. Setiap elemen pada segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.

Mari kita bahas apa saja ketiga elemen tersebut :
  • ISO
    Didefinisikan sebagai kepekaan atau seberapa sensitf sensor kamera dalam menerima cahaya. Semakin kecil ISO maka sesintifitasnya terhadap cahaya juga akan kecil, dan semakin besar nilai ISO maka sesintifitasnya juga akan besar

    Kalau bicara mengenai ISO, ada satu hal yang perlu diketahui, yaitunya noise. Noise adalah bintik-bintik kecil yang muncul pada foto. Salah satu penyebab kemunculan noise ini adalah penggunaan dari ISO. Semakin besar nilai ISO yang digunakan, maka keberadaan noise akan semakin jelas terlihat.

    Wah, kalau begitu harus selalu pakai ISO kecil dong…? Tergantung kondisi cahaya saat pemotretan. Jika pemotretan outdor pada siang hari, kita bisa saja menggunakan iso kecil, namun bila berada dalam ruangan dengan kondisi cahaya minim tanpa ada cahaya tambahan, maka mau tak mau ISO harus dinaikkan.

  • Aperture
    Aperture adalah ukuran seberapa besar  lensa terbuka saat kita mengambil foto. Saat kita memencet tombol shutter, maka lobang didepan sensor kamera akan membuka. Besarnya lobang ini tergantung dari pengaturan aperture pada kamera. Semakin besar lobang terbuka, maka semakin banyak pula cahaya yang bisa masuk ke sensor

    Aperture dinyatakan dalam satuan f-stop. Misalkan pada aperture 5,6 biasanya akan ditulis dengan f/5,6. Pada penggunaan aperture ini, semakin kecil angka f-stop nya, maka bukaan lensa akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka f-stop, maka lobang akan semakin kecil. Coba perhatikan gambar dibawah :

    Jadi bila akan memotret pada kondisi minim cahaya, kita membutuhkan bukaan lensa yang besar (angka kecil), begitupun sebaliknya. Aperture sangat menentukan dari yang namanya DoF (Depth of Field). DoF adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus pada foto. DoF yang luas berarti sebagian besar objek foto (dari yang terdekat sampai yang terjauh dari kamera) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DoF yang sempit berarti hanya bagian objek pada titik tertentu yang akan terlihat tajam atau fokus.

  • Shutter Speed
    Untuk memahami apa itu shutter speed, coba perhatikan lagi gambar diatas. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa, saat kita memotret, cermin pantul akan berayun keatas dan membiarkan cahaya masuk ke sensor melewati shutter. Shutter akan terus terbuka selama waktu yang telah ditetapkan dan akan tertutup kembali jika proses pemotretan selesai. Nah, rentan waktu inilah yang disebut dengan shutter speed. Agar lebih gampangnya, shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula

    Sebagai contoh, untuk settingan shutter speed sebesar 60 pada kamera anda artinya rentan waktu shutter untuk membuka dan menutup adalah 1/60 (seperenampuluh) detik. Sedangkan untuk settingan shutter speed sebesar 30”, artinya rentan waktu shutter untuk membuka dan menutup adalah selama 30 (tiga puluh) detik.

    Perlu diingat, untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakanlah shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga hasil foto yang didapat terhindar dari blur/miss focus. Untuk settingan shutter speed lebih rendah kita bisa mengakalinya dengan mengaktifkan fitur Image Stabilization (IS) pada canon atau Vibration Reduction (VR) pada Nikon (1/20, 1/30..dst) atau menggunakan tripod untuk shutter speed yang lebih lama.

Cara mudah edit foto

Oke, sekarang anda sudah mengenal tentang ketiga elemen dalam segitiga fotografi. Mungkin sekarang malah muncul pertanyaan : Bagaimana menggunakan ketiga elemen tersebut agar mendapatkan hasil foto yang bagus? Kapan harus menggunakan shutter speed cepat atau lambat? Kapan harus menggunakan aperture besar atau kecil? Kapan harus menggunakan ISO tinggi atau rendah?

Untuk settingan ISO, Aperture dan Shutter Speed agar mendapatkan hasil foto yang bagus itu caranya cukup mudah, yaitu anda tinggal lihat pada viewfinder (jendela bidik), kemudian tekan shutter setengah untuk focus, maka pada jendela bidik tersebut anda akan lihat sebuah garis indikator kecil. Anda tinggal memposisikan indikator tersebut tepat ditengah (angka nol) dengan cara memutar-mutar settingan ISO, Apperture dan Shutterspeed





Jadi, bila anda akan melakukan suatu pemotretan tanpa blitz, settingan pertama adalah atur ISO pada angka kecil (200 atau lebih kecil), setelah itu “mainkan” settingan aperture dan shutter speed pada kamera anda. Jika settingan keduanya sudah mentok (Bukaan lensa sudah yang paling lebar atau shutter speed sudah pada angka 1/60), namun garis indikator masih belum ditengah, maka naikkan ISO sehingga garis indikator tepat berada ditengah.

Diatas kita menyinggung sedikit tentang Dof (Depth of Field) yaitu ruang ketajaman dari sebuah foto. Maka pada bahasan berikutnya kita akan lihat bagaimana pengaruh segitiga fotografi ini terhadap ketajaman sebuah foto. Jika Anda ingin memotret dengan hasil background bokeh/blur, pembahasan berikut ini mungkin akan menarik buat Anda. Silahkan klik link dibawah ini :

Cara Kerja Kamera DSLR

Kamera adalah alat yang digunakan untuk memotret atau mengambil gambar suatu benda atau objek dalam bentuk foto. Pada kamera juga dilengkapi dengan lensa yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya, maka dari itu kamera juga sering disebut sebagai alat lukis cahaya.

Pada dasarnya mekanisme kerja kamera ada 2 (dua) macam yaitu kamera film (ANALOG) dan kamera digital (DSLR). Perbedaaan antara keduanya terletak pada media penyimpanan yang digunakan. Pada kamera analog saat tombol shutter dipencet pantulan cahaya dari objek akan masuk ke kamera melalui lensa. Lensa akan memfokuskan cahaya yang diterima berupa bayangan terbalik dan akan meneruskannya ke suatu media yang sangat peka cahaya(film).

Sedangkan pada kamera digital terdapat sebuah sensor yang akan merekam semua informasi cahaya yang dikirim melalui lensa. Coba perhatikan gambar berikut :

Cara kerja kamera DSLR
Keterangan gambar :

1. Objek                             6. Layar focusing
2. Lensa                             7. Lensa Condenser
3. Cermin pantul                 8. Pentaprisma
4. Shutter                            9. Viewfinder
5. Sensor


  • Saat kita mengintip dari lobang viewfinder (9), apapun yang terlihat disitu adalah apa yang akan menjadi hasil akhir foto kita. Pantulan cahaya dari objek (1) foto masuk melewati lensa (2)  lalu menuju cermin pantul (3) yang kemudian memantulkan cahaya tersebut ke pentaprisma (8). Pentaprisma mengubah cahaya vertical ke horizontal dengan mengarahkan cahaya menuju dua cermin terpisah, lalu masuk ke viewfinder (9)

  • Saat kita memotret, cermin pantul (3) berayun keatas dan membiarkan cahaya terus maju dengan lurus. Shutter (4) akan tetap terbuka selama waktu shutter speed yang ditentukan dan sensor (5) akan terus merekam informasi cahaya. Kalau sudah selesai, maka cermin pantul (3) akan kembali ke posisi awal sehingga cahaya dari lensa akan terpantul keatas dan kembali muncul di viewfinder

  • Proses ketiga adalah proses yang terjadi di sensor digital (5), dimana gambar diolah oleh computer (prosesor) didalam kamera. Prosesor akan mengambil informasi yang terekam di sensor, mengubahnya menjadi format yang sesuai lalu menyimpannya dalam memory card.

Cara mudah edit foto

Keseluruhan proses diatas hanya terjadi dalam sepersekian detik (kecuali jika anda memotret bulb), bahkan kamera digital kelas atas bisa menyelesaikan proses diatas secara beruntun dalam waktu  satu detik.

Sekarang kita sudah mengetahui bagaimana sebuah kamera bekerja. Kita juga tahu bahwa cahaya adalah unsur utama yang harus ada dalam fotografi. Namun dalam dunia nyata, cahaya yang dihasilkan, baik itu cahaya matahari langsung ataupun cahaya dari sebuah lampu, mempunyai nilai yang berbeda. Ya kan? Berdasarkan hal diatas, untuk mendapatkan hasil foto yang pas orang-orang pintar diluar sana telah menanamkan pada kamera beberapa settingan agar foto yang dihasilkan bisa sesuai dengan keinginan, tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap.

Hmmm,..ribet ya? Agar tidak pusing, sekarang coba bayangkan mata anda. Kalau anda melihat kearah cahaya yang terlalu terang/silau apa yang akan anda lakukan? Memicingkan mata bukan? Yup, secara tidak sadar anda mengurangi cahaya yang masuk ke mata agar tidak silau. Dan juga sebaliknya, apabila kita berada pada kondisi minim cahaya, mata akan membuka lebar agar kita bisa nyaman dalam melihat. Kira kira seperti itulah yang dilakukan sebuah kamera.

Lubang lensa


Gambar diatas boleh dibilang “mata” dari sebuah kamera dan itu terdapat dalam lensa. Anda lihat lobang yang ditengah itu? Disaat kamera menerima banyak cahaya maka lobang itu akan mengecil, dan disaat kamera menerima sedikit cahaya lobang itu akan melebar, tergantung cahaya yang masuk. Nah, proses pengukuran cahaya yang akan diterima sensor itulah yang disebut dengan Metering Mode/Exposure Metering/Camera Metering

Pada kamera DSLR, pengaturan eksposure dapat dilakukan secara auto atau manual. Dengan auto berarti kamera yang berperan dalam menentukan hasil foto, mana yang menurutnya paling bagus, sedangkan jika Anda memilih mode manual maka Anda yang harus berkreasi untuk menentukan hasil foto Anda.

Nah, Anda pilih yang mana? Jika Anda memilih mode Auto, mungkin bahasan kita selanjutnya tidak akan begitu penting bagi Anda, sebab anak TK pun bisa memotret dengan mode ini. Namun jika Anda ingin menjadi penentu atas hasil foto Anda, ada baiknya Anda klik tautan dibawah ini. Sebab bahasan kita selanjutnya adalah tentang bagaimana mengatur cahaya yang masuk melalui lensa untuk mendapatkan hasil foto yang maksimal

Bahasan kita selanjutnya adalah Tentang Segitiga Fotografi (ISO, Apperture, Shutter speed)

Mengakali Foto Terpotong Saat Melakukan Cropping Dengan Photoshop

Adakalanya saat kita memasukkan ukuran dan melakukan croping di photoshop, ada bagian foto yang terpotong karena perbedaan rasio panjang lebar antara ukuran file kamera dengan standard ukuran foto yang akan dicetak. Mungkin tidak akan ada masalah jika bagian yang terpotong bukanlah elemen penting yang harus dimasukkan kedalam foto, tapi bagaimana jika semua yang ada dalam foto harus utuh saat dicetak, tanpa ada bagian yang terpotong? Seperti gambar berikut:

tips cropping photoshop

Lalu bagaimana cara agar bagian tersebut tidak terpotong saat kita melakukan cropping diphotoshop? Mari kita coba :

1. Buka foto yang akan dikerjakan

2. Pilih crop pada toolbox, lalu masukkan angka sesuai dengan ukuran yang akan dicetak. Pada contoh berikut kita akan memasukkan ukuran 8R, sehingga angka yang dimasukkan adalah : width : 10 in, height : 8 in dan resolution : 300. Untuk resolusi angka standar labor untuk proses cetak adalah 300, jadi jika anda ingin melakukan cropping untuk proses cetak maka angka yang harus dimasukkan untuk resolusi ini adalah 300
tips cropping dengan photoshop

3. Lakukan cropping seperti gambar dibawah

Tips Cropping dengan Photoshop


Cara mudah edit foto

sehingga hasilnya akan jadi seperti ini :

Tips Cropping dengan Photoshop

4. Sekarang kita sudah mempunyai foto dengan ukuran 8R, namun pada foto terdapat area kosong pada bagian atas. Kita akan menghilangkan area kosong tersebut, caranya klik Marque tool pada Toolbox, setelah itu lakukan seleksi pada bagian atas foto, kira-kira beberapa mili dari objek utama, namun jangan mengenai objek. Kemudian klik Move Tool dan tarik sampai area kosong pada foto terisi semua, lalu tekan enter
Tips Cropping dengan Photoshop
5. Selesai

Dengan mengikuti langkah mudah diatas, sekarang kita sudah memiliki foto dengan ukuran yang diinginkan tanpa ada bagian yang terpotong

Oke, semoga bermanfaat

Ukuran Foto Untuk Proses Cetak (Lengkap)

Sebelum melakukan pencetakan sebuah foto, terlebih dahulu kita harus mengetahui atau memasukkan ukuran foto yang akan kita cetak. Semua ukuran itu beragam, ada ukuran pas foto (ukuran foto 2x3, ukuran foto 3x4, ukuran foto 4x6), ukuran 4R, ukuran foto 10R sampai pada ukuran 30R.

Nah, beberapa ukuran foto pada tabel dibawah ini merupakan ukuran standar foto yang biasa dipakai pada beberapa labor cetak, namun ada juga beberapa labor yang memiliki perbedaan dalam memberikan nama ukuran, seperti ukuran 8 x 10 inchi, ada yang menyebut ukuran 8R dan ada juga yang menyebut dengan ukuran 10R. Jadi silahkan Anda pastikan dulu dengan bertanya ke labor tempat Anda biasa mencetak foto. Untuk memasukkan ukuran pada photoshop yaitu dengan memilih crop tool, masukkan ukuran kemudian lakukan pemotongan pada foto.

Ukuran cropping foto photoshop

Coba Anda perhatikan tabel diatas. Jika Anda teliti, rasio perbandingan panjang dan lebar dari masing-masing ukuran foto diatas berbeda. Sedangkan rasio perbandingan panjang dan lebar foto yang dikeluarkan oleh kebanyakan kamera DSLR adalah 16:9.  Itu hampir sama dengan rasio untuk ukuran foto 4R, 8R plus, 10R plus dan seterusnya.

Artinya apa? Ketika Anda melakukan full cropping dengan memasukkan ukuran 4r atau 8R plus pada foto original keluaran kamera DSLR, maka boleh dibilang tidak akan ada bagian dari foto yang akan terpotong atau hilang.

Cara mudah edit foto

Sedangkan jika kita melakukan full cropping dengan ukuran selain ukuran tersebut(seperti ukuran pas foto, ukuran 8R dan sebagainya), maka bisa dipastikan ada bagian dari foto yang akan hilang atau ikut terpotong. Ada kalanya bagian yang terpotong ini adalah bagian penting dalam foto yang harus tetap dipertahankan. Perhatikan gambar dibawah :

cropping dengan photoshop
Rencananya saya akan  mencetak foto diatas dengan ukuran 8R (203mm x 254mm). Seperti yang Anda lihat, ada bagian dari objek foto yang ikut terpotong atau akan hilang jika saya melakukan cropping.

Pada kasus seperti diatas, apa yang harus kita lakukan agar objek foto tidak ikut terpotong dan seluruh bagian foto masih terlihat alami/original? Untuk mengakalinya dapat Anda lihat pada bahasan berikutnya tentang Mengakali Foto Terpotong Saat Melakukan Cropping dengan Photoshop

Cara Edit Foto Menggunakan Photoshop

edit foto dengan photoshop
Ada yang bilang, edit foto dengan photoshop itu gampang-gampang susah. Dibilang gampang karena banyaknya fitur yang disediakan Photoshop untuk memudahkan kita dalam mengedit foto. Sebaliknya, dibilang susah karena untuk melakukan pengeditan dengan Photoshop itu kita harus bisa mengetahui fungsi dari masing-masing tool agar hasil editing yang didapat bisa sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan photoshop anda dapat bereksperimen, mau dijadikan seperti apa foto anda nantinya. Namun begitu, penguasaan kamera dan teknik pemotretan haruslah menjadi prioritas utama untuk menghasilkan sebuah karya foto. Foto terlalu over exposure, foto blur/goyang dan salah WB adalah beberapa kasus yang sulit atau bahkan tidak mungkin diperbaiki dengan photoshop.
Maka dari itu, jika Anda seorang Fotografer dan ingin menggeluti bisnis fotografi akan lebih baik jika Anda mengggunakan waktu senggang Anda untuk terus berlatih dan mencari teknik pemotretan lainnya. Teknik fotografi sangat luas, pembahasan pada menu Dasar Fotografi diatas hanyalah teknik dasar yang harus diketahui seorang fotografer dalam melakukan pemotretan.
 
Jadi apa gunanya photoshop? Photoshop adalah sebagai tempat persinggahan sebelum foto Anda memasuki labor cetak atau sebelum foto Anda diperlihatkan ke publik. Banyak hal yang bisa Anda lakukan dengan softwere ini, mulai dari pengeditan dasar seperti melakukan cropping, ganti background, koreksi warna dan sebagainya, sampai pada pengeditan mahir yang memungkinkan Anda untuk menuangkan imajinasi Anda kedalam bentuk foto.

Cara mudah edit foto

Sekarang, untuk dapat melakukan edit foto dengan Photoshop ini tentu kita harus mengenal terlebih dahulu apa saja yang terdapat pada Photoshop itu sendiri. Perhatikan gambar dibawah ini :

cara menggunakan photoshop

Seperti yang Anda lihat, itulah halaman kerja Photoshop. Saya telah membagi area kerja tersebut menjadi 3 bagian :

1. Menu Bar

Berisi menu-menu yang dapat membantu anda dalam mengedit suatu foto. Disitu terdapat Menu File untuk membuat, membuka, menyimpan hingga menutup suatu dokumen. Menu Edit, untuk melakukan perubahan terhadap suatu lembar kerja dengan cara menambah, menghapus, mengcopy dan lain sebagainya. Menu Image, untuk mengatur pewarnaan, merubah ukuran image, rotasi dan sebagainya. Menu Layer, untuk melakukan perubahan pada layer seperti membuat layer baru, mengelompokkan, modifikasi, menggabung dan sebagainya. Menu Select, untuk pekerjaan lanjutan setelah melakukan seleksi pada suatu bagian tertentu pada layer kerja. Menu Filter, untuk menambahkan beberapa efek kedalam foto seperti pattern, blur, texture dan lainnya. Menu View, untuk mengatur tampilan layer dari area kerja. Menu Window, untuk membuka jendela baru, menyusun dan melihat jendela yang aktif pada area kerja. Menu Help, memunculkan fasilitas help ketika kita menghadapi masalah pada saat bekerja dengan photoshop.

2. Tool Box

Berisi tombol-tombol perintah untuk memindahkan, menyeleksi, memotong, membuat teks dan berbagai fungsi lainnya. Dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, Pertama, Penyeleksi ( Marque, Lasso, Magic Wand, Move Tool dan Quick Selection). Kedua, Kelompok Pemotong ( Crop, Slice). Ketiga, Kelompok Penyunting (healing brush, Patch, Red Eye, Brush, Pencil, Color Replacment, History brush, Clone stamp, Eraser, Gradien, Pain Bucket, Blur, Smudge, Dodge). Keempat, Kelompok teks atau vector (Pen tool, Path selection, Text type, Rectangle). Kelompok anotasi, warna, pengukur dan navigasi (Notes, eyedropper, color sampler, hand, zoom).

3. Palette

Berisi informasi dan juga beberapa perintah yang diperlukan untuk mengedit suatu foto. Palette Navigator, Histogram dan palette Info berfungsi untuk melihat dan menampilkan informasi yang dibutuhkan dari layer aktif. Palette History, untuk menampilkan semua perintah yang telah dikerjakan. Palette Action, untuk merekam perintah atau aksi yang dikerjakan sehingga bisa digunakan lagi untuk pengeditan foto lainnya. Palette Layer, bisa dikatakan sebagai meja kerja sebab disinilah tempat berkumpulnya layer. Palette Chanel, berisi deretan layer yang memuat chanel warna pembentuk gambar. Palette Path, deretan layer yang berisi objek-objek path yang terdapat dalam dokumen.

Setelah kita mengenal area kerja Photoshop ini, tentu akan muncul lagi pertanyaan, Bagaimana cara menggunakannya? Jika kita mengurai satu persatu tentang cara menggunakan dari masing-masing tool, menu atau palette diatas, pastilah akan membutuhkan bahasan yang panjang dan waktu yang tidak sedikit. Jadi diblog ini saya telah mengumpulkan beberapa artikel yang mungkin bisa Anda jadikan acuan untuk mengedit foto-foto Anda. Untuk melihatnya, silahkan Anda KLIK DISINI

Semoga bermanfaat,