Apa itu Segitiga Fotografi (ISO, Aperture dan Shutter Speed)?. Pada kamera SLR digital kita bisa mengatur sendiri eksposur(ukuran cahaya) yang ingin kita gunakan untuk mengambil sebuah foto. Hmmmm.. buat apa diatur lagi, kan udah ada mode auto pada kamera? Benar, ada mode auto pada kamera. Namun, kenyataannya dilapangan nanti anda tidak bisa hanya mengandalkan mode auto pada kamera, anda membutuhkan alat tambahan untuk menghasilkan foto yang bagus, seperti blitz, lampu payung dll. Lagian kalau hanya mengandalkan mode auto ini anak kecil juga bisa. Hehehe…
Salah seorang fotografer kenamaan, Bryan Peterson, menulis tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami fotografi, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga fotografi. Setiap elemen pada segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.
Mari kita bahas apa saja ketiga elemen tersebut :
- ISO
Didefinisikan sebagai kepekaan atau seberapa sensitf sensor kamera dalam menerima cahaya. Semakin kecil ISO maka sesintifitasnya terhadap cahaya juga akan kecil, dan semakin besar nilai ISO maka sesintifitasnya juga akan besar
Kalau bicara mengenai ISO, ada satu hal yang perlu diketahui, yaitunya noise. Noise adalah bintik-bintik kecil yang muncul pada foto. Salah satu penyebab kemunculan noise ini adalah penggunaan dari ISO. Semakin besar nilai ISO yang digunakan, maka keberadaan noise akan semakin jelas terlihat.
Wah, kalau begitu harus selalu pakai ISO kecil dong…? Tergantung kondisi cahaya saat pemotretan. Jika pemotretan outdor pada siang hari, kita bisa saja menggunakan iso kecil, namun bila berada dalam ruangan dengan kondisi cahaya minim tanpa ada cahaya tambahan, maka mau tak mau ISO harus dinaikkan. - ApertureAperture adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka saat kita mengambil foto. Saat kita memencet tombol shutter, maka lobang didepan sensor kamera akan membuka. Besarnya lobang ini tergantung dari pengaturan aperture pada kamera. Semakin besar lobang terbuka, maka semakin banyak pula cahaya yang bisa masuk ke sensor
Aperture dinyatakan dalam satuan f-stop. Misalkan pada aperture 5,6 biasanya akan ditulis dengan f/5,6. Pada penggunaan aperture ini, semakin kecil angka f-stop nya, maka bukaan lensa akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka f-stop, maka lobang akan semakin kecil. Coba perhatikan gambar dibawah :Jadi bila akan memotret pada kondisi minim cahaya, kita membutuhkan bukaan lensa yang besar (angka kecil), begitupun sebaliknya. Aperture sangat menentukan dari yang namanya DoF (Depth of Field). DoF adalah ukuran seberapa jauh bidang fokus pada foto. DoF yang luas berarti sebagian besar objek foto (dari yang terdekat sampai yang terjauh dari kamera) akan terlihat tajam dan fokus. Sementara DoF yang sempit berarti hanya bagian objek pada titik tertentu yang akan terlihat tajam atau fokus. - Shutter SpeedUntuk memahami apa itu shutter speed, coba perhatikan lagi gambar diatas. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa, saat kita memotret, cermin pantul akan berayun keatas dan membiarkan cahaya masuk ke sensor melewati shutter. Shutter akan terus terbuka selama waktu yang telah ditetapkan dan akan tertutup kembali jika proses pemotretan selesai. Nah, rentan waktu inilah yang disebut dengan shutter speed. Agar lebih gampangnya, shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semulaSebagai contoh, untuk settingan shutter speed sebesar 60 pada kamera anda artinya rentan waktu shutter untuk membuka dan menutup adalah 1/60 (seperenampuluh) detik. Sedangkan untuk settingan shutter speed sebesar 30”, artinya rentan waktu shutter untuk membuka dan menutup adalah selama 30 (tiga puluh) detik.Perlu diingat, untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakanlah shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga hasil foto yang didapat terhindar dari blur/miss focus. Untuk settingan shutter speed lebih rendah kita bisa mengakalinya dengan mengaktifkan fitur Image Stabilization (IS) pada canon atau Vibration Reduction (VR) pada Nikon (1/20, 1/30..dst) atau menggunakan tripod untuk shutter speed yang lebih lama.
Oke, sekarang anda sudah mengenal tentang ketiga elemen dalam segitiga fotografi. Mungkin sekarang malah muncul pertanyaan : Bagaimana menggunakan ketiga elemen tersebut agar mendapatkan hasil foto yang bagus? Kapan harus menggunakan shutter speed cepat atau lambat? Kapan harus menggunakan aperture besar atau kecil? Kapan harus menggunakan ISO tinggi atau rendah?
Untuk settingan ISO, Aperture dan Shutter Speed agar mendapatkan hasil foto yang bagus itu caranya cukup mudah, yaitu anda tinggal lihat pada viewfinder (jendela bidik), kemudian tekan shutter setengah untuk focus, maka pada jendela bidik tersebut anda akan lihat sebuah garis indikator kecil. Anda tinggal memposisikan indikator tersebut tepat ditengah (angka nol) dengan cara memutar-mutar settingan ISO, Apperture dan Shutterspeed
Jadi, bila anda akan melakukan suatu pemotretan tanpa blitz, settingan pertama adalah atur ISO pada angka kecil (200 atau lebih kecil), setelah itu “mainkan” settingan aperture dan shutter speed pada kamera anda. Jika settingan keduanya sudah mentok (Bukaan lensa sudah yang paling lebar atau shutter speed sudah pada angka 1/60), namun garis indikator masih belum ditengah, maka naikkan ISO sehingga garis indikator tepat berada ditengah.
Diatas kita menyinggung sedikit tentang Dof (Depth of Field) yaitu ruang ketajaman dari sebuah foto. Maka pada bahasan berikutnya kita akan lihat bagaimana pengaruh segitiga fotografi ini terhadap ketajaman sebuah foto. Jika Anda ingin memotret dengan hasil background bokeh/blur, pembahasan berikut ini mungkin akan menarik buat Anda. Silahkan klik link dibawah ini :
0 komentar:
Posting Komentar